SCHOOL WELL-BEING
A.
Pengertian School
Well-being (Kebahagiaan atau kesejahteraan di lingkungan sekolah)
B.
Dimensi School
Well-Being
kondisi sekolah yang membahagiakan, yaitu:
1. sikap dan emosi positif terhadap situasi sekolah secara keseluruhan baik dari
peserta didik ataupun guru,
2. Peserta didik memiliki konsep diri yang positif dalam hal akademik. Dalam hal ini
peserta didik di sekolah percaya diri dan termotivasi untuk berprestasi,
3. guru dan peserta didik menikmati aktivitas sekolah,
4. guru dan peserta didik bebas dari kecemasan untuk pergi bersekolah,
5. guru dan peserta bebas dari berbagai keluhan mengenai kondisi sekolah,
1.
Having (memiliki)
Yaitu
bagaimana persepsi dan perasaan individu terhadap kondisi sekolah. Dimensi ini
meliputi lingkungan fisik sekolah, termasuk kenyamanan, rasa aman, kebisingan,
pertukaran udara, ruang terbuka, dan lain sebagainya. Aspek lain dari kondisi
sekolah berhubungan dengan kondisi pembelajaran, seperti kurikulum, jumlah
peserta kelas. Aspek lain adalah bagaimana peserta didik merasa mendapatkan
dukungan atau pelayanan selama bersekolah, seperti kantin, ruang kesehatan,
wali kelas, guru bimbingan konseling.
2.
Loving (mencintai)
Mengacu
pada lingkungan sosial saat pembelajaran, meliputi hubungan dengan guru, dengan
teman sekelas, interaksi dalam kelompok. Dimensi ini pada dasarnya mengacu pada
iklim atau suasana di sekolah. Relasi yang baik antara peserta didik, guru,
sesama guru untuk menciptakan iklim sekolah yang baik; harmonis.
3.
Being (menjadi)
Mengacu
pada bagaimana individu di sekolah menghargai keberadaan mereka. Dalam hal ini
guru dapat bekerja dengan baik dan menghargai perannya. Peserta didik juga
merasa percaya diri, bahagia mendapatkan pendidikan. Being juga mengacu sampai
seberapa besar sekolah melibatkan peserta didik, mendorong kreativitas peserta
didik.
4.
Health (status
kesehatan)
Mengacu pada kesehatan fisik dan mental peserta didik dan guru
C.
Faktor yang Memengaruhi
School well-being
Ramberg, dkk (2019) menjelaskan bahwa stres pada guru dapat
memengaruhi kesejahteraan sekolah, khususnya peserta didik. Hal lain yang dapat
memengaruhi school well-being adalah kemampuan memahami orang lain dalam hal
ini bagaimana kemampuan sosial emosional. Roffey (2008) menjelaskan kemampuan
ini sebagai emotional literacy. Kemampuan ini dapat
mendukung peserta didik beradaptasi dengan budaya sekolah dan
meningkatkan proses belajar peserta didik. Dalam hal ini semua warga sekolah berperan
dalam menciptakan school well-being.
Berdasarkan Ramberg dkk (2019) & Roffey (2008):
- Guru yang stres akan berdampak pada rendahnya komunikasi dan dukungan ke siswa.
- Emotional Literacy (literasi emosi) penting agar siswa bisa memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.
- Kepribadian siswa: motivasi, komunikasi, kerja sama, dan disiplin memengaruhi kondisi sekolah.
D.
Iklim Ruang
Kelas
Iklim ruang kelas adalah suasana psikologis, sosial, dan emosional
yang dirasakan oleh peserta didik di dalam kelas. Iklim ini terbentuk dari
interaksi guru-siswa, hubungan antarsiswa, dan gaya mengajar guru dalam proses
pembelajaran.
Iklim kelas tidak hanya mencerminkan suasana fisik (seperti
kebersihan dan kerapian), tetapi juga menyangkut:
-
Apakah siswa merasa aman dan
dihargai
-
Apakah ada rasa hormat dan
keterbukaan
- Apakah siswa merasa diperhatikan dan memiliki peran
Komponen Iklim Ruang Kelas
1.
Kehangatan Emosional
-
Guru bersikap ramah, empatik, dan
peduli terhadap kondisi siswa.
-
Suasana yang mendukung siswa merasa
bebas berpendapat tanpa takut dihakimi.
2.
Manajemen Kelas
-
Aturan kelas disepakati dan
dijalankan bersama.
-
Guru konsisten dalam menerapkan
aturan dan memberi umpan balik.
3.
Interaksi Sosial
-
Siswa saling menghargai, bekerja
sama, dan tidak membentuk eksklusivitas.
-
Guru menumbuhkan rasa saling percaya
dan solidaritas.
4.
Partisipasi dan Keterlibatan
-
Semua siswa diberi kesempatan aktif.
-
Suara siswa dianggap penting dalam
proses pembelajaran.
5.
Keadilan dan Inklusivitas
-
Tidak ada diskriminasi berdasarkan
latar belakang, gender, kemampuan, dll.
-
Setiap siswa merasa diperlakukan
adil dan setara.
18 Komentar
Sejahtera juga kalau ga bahagia buat opo mas
BalasHapusMenurut Ramberg dkk (2019) & Roffey (2008), guru yang stres akan berdampak pada rendahnya komunikasi dan dukungan ke siswa.
HapusHatur nuhun untuk materi yang disajikan, jadi pengetahuan baru bagi kami dan bermanfaat
BalasHapusKebahagiaan dan kesejahteraan saling berkaitan..Sangat bermanfaat
BalasHapusMantap.. sangat penting konsep school well-being ini diterapkan di sekolah
BalasHapusBermanfaat sekali... Dari judulnya saja sudah menarik
BalasHapusSangat sanget bermanfaat, thank pak guru 👍
BalasHapusLuar Biasa
BalasHapusObservasi untuk memastikan karakter aktual dari peserta didik....
BalasHapusMantap ilmunya pa guru👍
BalasHapusSangat bermanfaat dan menambah wawasan, terimakasih pa
BalasHapusKeren, mantap, nambah wawasan baru yg bermanfaat
BalasHapusMantap, menambah pengetahuan bagi kita semua
BalasHapusLuar biasa
BalasHapusBertambah lagi Ilmu nya semoga bermanfaat
Keren, bermanfaat sekali bagi kami pak
BalasHapussangat bermanfaat dan luar biasa
BalasHapusTengkyuu nambah ilmu lagi nih
BalasHapusSangat bermanfaat.. Kereeen
BalasHapus